sawah ladang dicuri dinding uang

Kuantitas kesalahan manusia tak terbatas
Batas tinggi ombak air dalam sumur juga sapa tahu.

Api terucap dari orang-orang lalai; "manusia diciptakan untuk salah"
Sirat fajar menerkah,
Bukankah: "Dia Maha pengasih lagi penyayang." [1]

Kasih sayang-Nya, bukan datang sebagai bentuk,
Jangan dikira merupa bongkahan mati,
Ya
Pernah kau melihat cahaya tanpa warna, dan rasa
dingin tanpa beku.
Hampir seperti itu.

Kesalahan cabang kecerdasan
Tiada kebenaran muncul tanpa malunya salah.
Sang perkasa dunia saja, akan roboh oleh kebenaran penilaian dirinya sendiri,
Dengan bangga-diri, mengelu-elukan diri sendiri.

Hak apa yang dia punya untuk membenarkan hal tersebut?
Cerminmu telah kotor!
bersihkan!

Atau segera kau terjerat rasa kasih sayang terhadap tubuh kotor, tubuhmu sendiri!
Ini hijab nyata
Cermin hati telah retak!

Namun
Tetes sinar ampunan-Nya tak pernah redup.
Mintalah kepada Sang Maha Pengasih
"Tunjukilah kami jalan yang lurus." [2]

Lain lagi kobar panas salju jilat nurani
Hati
Yang suci
saja luluh akan gaharnya sombong, iri dan dengki.

Pengakuan tulus akan kesalahan, murni bagai jernihnya mutiara,
Yang kilaunya
menembus tujuh hijab esensi dinding bentuk.

Kebenaran hakiki, turun perlahan lewat lengkung peluk Sang Maha Cinta.

Catatan:
[1] Q.S. Al-Fatihah 1:3
[2] Q.S. Al-Fatihah 1:6
Previous
Next Post »
Terima kasih sudah berkomentar